Reuters, (2/5) - Emas masih bertahan di dekat level terlemah dalam hampir seminggu terakhir pada hari Kamis pagi, mengabaikan keputusan Federal Reserve AS untuk mempertahankan pelonggaran kebijakan moneter longgar, namun tertekan oleh penurunan kepemilikan exchange-traded funds (reksadana berbasis emas), ekuitas dan komoditas lainnya.
Spot emas turun $ 1,18 per ounce di $ 1,455.56 pukul 07:35 WIB, setelah merosot lebih dari 1 persen pada sesi sebelumnya - penurunan harian terbesar sejak penurunan bersejarah pada pertengahan April lalu. Mencapai titik terendah di $ 1,439.74 pada hari Rabu kemarin, terlemah sejak 25 April.
Emas AS tercatat di $ 1,455.20 per ounce, atau naik $ 9,00.
SPDR Gold Trust, exchange-traded product emas yang diperdagangkan di bursa, terbesar di dunia mencatat kepemilikan sahamnya jatuh 0,31 persen menjadi 1,075.23 ton pada hari Rabu - terendah sejak September 2009.
Dalam pernyataan setelah pertemuan dua hari, the Fed menegaskan akan terus membeli $ 85 milyar obligasi setiap bulan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang saat ini berjalan cukup moderat dengan tingkat pengangguran yang masih relatif tinggi.
Harga emas konsisten melemah dalam beberapa bulan terakhir akibat berbagai faktor. Selain diakibatkan oleh penguatan nilai tukar Dollar, faktor lain yang turut memicu gejolak harga adalah minimnya volume permintaan, kenaikan marjin investasi di bursa dan penurunan risiko ekonomi.
Namun menurut Tim Radford, Analis Global Rivkin, factor inflasi merupakan hal yang paling membebani harga emas saat ini. Tingkat inflasi dan harga-harga konsumen di berbagai negara masih sangat kondusif sehingga pesona emas mulai redup. "Saya perkirakan aksi jual berlanjut khususnya jika data tenaga kerja hari Jumat nanti dirilis negatif," ujarnya. Lebih lanjut, ia memperkirakan emas akan berakselerasi ke $1400 untuk jangka pendek atau bahkan lebih rendah lagi.
Emas sempat dibanjiri peminat saat likuiditas dana berlimpah di sistem keuangan. Investor menggunakan logam mulia ini sebagai aset untuk mengantisipasi tekanan inflasi. Radford menilai emas masih menjadi aset yang patut dimiliki untuk jangka waktu panjang mengingat inflasi pasti akan naik dan devaluasi mata uang berlanjut lagi. "Banyak sekali uang di dalam sistem keuangan dunia yang belum terserap, namun pasti akan bergerak sesuai harapan nantinya," tutup Radford.
(BRC/MAR)
0 komentar:
Post a Comment