"HSG pun lebih berpeluang mengalami pelemahan dibandingkan pembalikan arah menguat," kata Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin (10/7/2017).
Reza juga menuturkan, laju IHSG dibayangi oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Itu membuat gerak IHSG tak bertenaga. "Minimnya sentimen positif terutama dari terdepresiasinya rupiah dan masih melemahnya harga obligasi turut menghadang potensi pembalikan arah naik tersebut," kata dia.
Untuk diketahui, gerak IHSG melemah selama sepekan kemarin meski sempat catatkan rekor tertinggi. Hal itu didorong harga saham cenderung mendatar.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, IHSG tergelincir 0,26 persen dari level 5.829 pada Kamis 22 Juni 2017 menjadi 5.814 pada 7 Juli 2017.
Saham-saham unggulan yang masuk LQ45 cenderung mendatar. Sedangkan saham-saham lapis kedua dan ketiga tidak terlalu baik pergerakannya. Selain itu, investor mencatatkan aksi jual sekitar US$ 250 juta di pasar saham.
Tekanan di pasar saham juga terjadi di pasar surat utang atau obligasi. Pasar obligasi turun 0,77 persen secara mingguan seiring pelaku pasar merespons negatif hasil laporan the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) dan bank sentral Eropa. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun naik 34 basis poin menjadi 7,1 persen.
Liputan6.com
0 komentar:
Post a Comment