Kontrak Berjangka Emas AS bergerak naik hari Rabu (10/4) saat pelonggaran kebijakan moneter Jepang mengangkat pesona emas. Walau penguatan sepertinya akan tertahan saat menguatnya bursa saham mungkin akan memancing para pelaku aksi beli untuk kembali menjauhi emas.
Harga Emas naik seiring pelemahan pada Dollar, namun emas masih sulit mencetak gain yang signifikan setelah anjlok ke level rendah 10 bulan pekan lalu. Data inflasi Cina yang disambut baik oleh pasar menguatkan euro dan mendorong dollar turun sebanyak 0.25 poin terhadap mata uang utama. Hal tersebut menambah minat terhadap aset yang dinilai dengan dollar, termasuk emas.
"Banyak yang masih cemas dan aksi short selling mencium potensi pelemahan dapat berlanjut," ucap Ole Hansen Wakil Presiden Saxo Bank. "Pembeli menjadi sedikit ragu dengan banyaknya investor yang menahan diri hingga ada pergerakan di atas level $1,620." Fokus trader akan tertuju pada minutes dari pertemuan terkini dari Federal Reserve sebagai petunjuk terhadap kebijakan moneter di AS, terutama perubahan pada kebijakan quantitative easingnya, ucapnya.
Secara teknikal resisten terdekat tampak di area 1593 dan 1600, penembusan diatas level tersebut bukan tidak mungkin akan memicu lonjakan harga seketika ke kisaran 1610.
Katalis positif Emas diantara lain, laporan inflasi CPI China yang jatuh dibawah estimasi, sehingga menambah optimisme kebijakan pelonggaran moneter yang diterapkan bank sentral China. Secara terpisah, para pelaku pasar masih mengantisipasi devaluasi secara agresif pada Yen Jepang oleh BOJ. Selain itu terdapat rumor bahwa ECB akan menurunkan suku bunganya dalam waktu dekat bersamaan dengan data tenaga kerja AS yang lemah pekan lalu mengindikasikan kebijakan pelonggaran moneter the Fed masih akan berlanjut. Maka jika di tarik benang merahnya, ada potensi devaluasi berbagai mata uang utama secara bersamaan yang menjadi faktor utama penopang harga Emas dan Perak di dunia investasi.
(Mario Prabowo)
0 komentar:
Post a Comment