English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Monday, September 30, 2013

Pemerintah AS Kian Dekat Potensi Melakukan Shutdown


Kontak Perkasa - Washington. Pemerintah AS kian berpotensi untuk melakukan "shutdown" dalam 17 tahun terakhir, sementara Partai Republik masih menunda pengesahan Program Kesehatan Presiden Obama atau yang lebih dikenal sebagai Obamacare.

Dalam voting dengan jumlah anggota DPR, 174 orang setuju pencabutan pajak untuk perangkat medis dalam membantu program Obamacare pada Minggu (29/9/2013) waktu AS. Sedangkan 192 anggota DPR lainnya memilih untuk menunda pelaksanaan program tersebut.

Jika anggota DPR dari Partai Republik dan Anggota Partai Republik di Senat AS tetap tidak setuju hingga Selasa (1/10/2013) pagi maka ribuan pegawai pemerintah tidak akan bisa bekerja atau pemerintah AS dalam posisi goverment shutdown. Masih ada satu putaran voting lagi hingga pemerintah AS benar-benar shutdown.

Pemerintahan Obama pada Jumat (27/9/2013) pekan lalu telah mendesak Kongres untuk menaikkan batas atas utang sebelum 17 Oktober. Langkah ini untuk mencegah terjadinya shutdown.

Anggaran Obamacare mencapai US$2 miliar. Padahal dana awal hanya US$850 juta. Angka ini jauh di atas kemampuan anggaran AS.

Apabila DPR tidak menyetujui kenaikan batas utang US$16,7 triliun maka AS tidak akan dapat mencari utang hingga 17 Oktober. Hal ni karena anggaran AS yang membengkak sehingga harus melewati prosedur goverment shutdown yang akan jatuh pada tanggal 1 Oktober 2013. Bila terjadi maka sebagian pegawai pemerintah AS, baik pegawai negeri, sipil maupun kepolisian tidak akan digaji hingga ada solusi anggaran.

Apabila shutdown dapat dihindari maka bursa AS selanjutnya akan fokus pada data laporan pekerjaan bulan September (Non Farm Payroll). Departemen Tenaga Kerja AS akan menjadwalkan pada Jumat (4/10/2013) pekan depan. Walaupun jika shutdown terjadi data tersebut tidak akan dirilis ke publik.

Data tenaga kerja sangat penting bagi bursa saham. Sebab The Fed sangat mencermati data tenaga kerja untuk memutuskan nasib stmulus moneternya ke depan.

Sumber: www.inilah.com

0 komentar:

Post a Comment

 
Back to Top