English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Monday, April 15, 2013

Review Market Asia Senin 15 April 2013


 Emas jatuh terburuk sejak 2011


Bloomberg, (15/4) - Emas, yang terjun ke bear market pekan lalu, memperpanjang kerugian ke level terendah sejak Mei 2011 pada ekspektasi bahwa permintaan untuk aset haven akan terkontraksi karena membaiknya ekonomi global.

Emas untuk pengiriman segera turun sebanyak 0,3 persen ke $ 1,478.20 per ounce dan sedikit berubah pada posisi $ 1,484.02 pukul 09:12 a.m. di Singapura. Harga merosot 5 persen pada 12 April lalu, menjadikan kerugiannya lebih dari 20 persen sejak rekor penutupan tahun 2011, dan memenuhi definisi umum dari bear market.

Bullion telah anjlok 11 persen pada tahun 2013, setelah menjalankan keuntungan tahunan ke-12 kalinya, karena data menunjukkan bahwa ekonomi global terus membaik, mendorong investor untuk menjual kepemilikan di exchange-traded product (ETF) dengan skala besar. Pergantian dalam siklus emas makin cepat dan investor harus menjual logamnya, Goldman Sachs Group Inc mengatakan dalam sebuah catatan 10 April lalu.

"Runtuhnya emas masih pada tahap awal," kata Georgette Boele, ahli strategi komoditas dari ABN Amro Group NV. "Aset-aset lainnya akan menjadi semakin lebih menarik karena prospek pertumbuhan yang terus membaik."

Emas untuk pengiriman Juni turun sebanyak 1,6 persen menjadi $ 1,476.90 per ounce di Comex, New York, dan diperdagangkan di $ 1,483.40. Kontrak berjangka merosot ke $ 1476 pada tanggal 12 April lalu, level terendah sejak Mei 2011 setelah Siprus berencana menjual kepemilikan emas untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul dari pinjaman darurat.

Kabar dari Siprus "membebani harga emas, pada pandangan bahwa bank sentral lainnya dalam kawasan tersebut akan melakukan hal yang sama - dengan kepemilikan emas jauh lebih besar," tulis Boele.

Aset ETF emas yang diperdagangkan di bursa turun menjadi 2,406.16 metrik ton pada 12 April, setidaknya terdalam sejak Agustus menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Kepemilikan menyusut 6,9 persen pada kuartal pertama, penurunan terbesar setidaknya sejak 2004.



Saham saham Asia jatuh


Bloomberg, (15/4) - Saham-saham Asia melemah, dengan indeks patokan regional meluncur dari kenaikan mingguan terbesar dalam tujuh bulan terakhir karena investor menunggu data pertumbuhan ekonomi (GDP) China setelah penjualan ritel AS turun secara tak terduga.

MSCI Asia Pacific Index tergelincir 0,2 persen menjadi 137,86 pada pukul 10:17 a.m. di Tokyo sebelum pasar saham Hong Kong dan China di buka pagi ini. Indeks itu melonjak 3,5 persen pekan lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak September, karena yen diperdagangkan mendekati 100 per dolar dan inflasi China lebih lambat dari estimasi sehingga meredakan kekhawatiran tentang pengetatan kebijakan moneter. Penjualan ritel di AS turun pada bulan Maret, yang paling dalam sejak sembilan bulan terakhir.

"Secara jangka pendek, ada kekhawatiran atas fakta bahwa kita mendapatkan data yang sedikit lebih lembut yang keluar dari AS dalam seminggu terakhir," kata Angus Gluskie, managing director dari White Funds Management. "Selama jangka menengah, mungkin masih ada pontensi kenaikan karena indikasi peningkatan sinkronisasi pada pertumbuhan perekonomian global."

Nikkei 225 Stock Average Jepang turun 0,8 persen setelah Departemen Keuangan AS mengatakan akan mendesak Jepang untuk menahan diri dari mengejar kebijakan moneternya dalam mendevaluasi mata uangnya. Ekonomi negara itu telah menunjukkan tanda-tanda meningkat, kata Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda hari ini di Tokyo.

Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,4 persen, sementara Indeks Taiex Taiwan sedikit berubah. S & P / ASX 200 Index Australia turun 0,7 persen dan Indeks NZX 50 Selandia Baru sedikit berubah.

0 komentar:

Post a Comment

 
Back to Top